Kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) tidak hanya diperuntukkan sebagai fungsi keindahan. RTH juga dapat berfungsi sebagai tempat edukasi, ekologis dan fungsi evakuasi jika ada bencana. Sayang, DKI Jakarta masih kekurangan sekitar 20 persen RTH.
Hal itu ditegaskan pengamat perkotaan Nirwono Joga. Dia mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengadakan taman atau RTH yang juga memiliki fungsi lainnya.
Menurutnya, terdapat delapan unsur agar RTH sesuai fungsi-fungsi tersebut. Yakni, unsur perencanaan dan desain hijau, RTH, transportasi hijau, bangunan hijau, pengairan hijau, adanya pengolahan sampah, hemat energi, dan komunitas hijau.
Konsep tersebut sudah sering ditawarkan kepada pemerintah kota, tak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lain di Indonesia.
“Namun rata-rata mereka tidak mau berkomitmen melakukan delapan unsur itu secara keseluruhan,” sesal Nirwono.
Dia mengungkapkan, di wilayah Jakarta saat ini keberadaan RTH baru terpenuhi 10 hingga 13 persen dari total luas wilayah Jakarta. Padahal, lanjutnya, jika sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, luas RTH harus mencapai 30 persen dari total luas kota.
“Jumlah itu jauh dari seharusnya. Tidak heran kalau kota-kota di Indonesia banyak yang banjir dan polusi udaranya meningkat,” ujar Nirwono.
Pengamat perkotaan lainnya, Yayat Supriatna mengatakan, kebutuhan RTH di kota-kota besar sudah sangat mendesak. Dia mencontohkan, minimnya RTH akan menimbulkan bencana.
“Paling kecil bencananya sudah pasti banjir, karena ruang serap air sudah berkurang,” katanya.
Terlepas dari semua jenis musibah banjir, satu hal yang menjadi catatan penting untuk menjadi perhatian, menurut Yayat adalah, daya dukung lingkungan di perkotaan saat ini sudah melewati ambang batas. Hampir semua sumber daya hijau kota sudah tergerus.
Dari hasil evaluasi lima tahunan terhadap rencana kota 2010, dalam waktu hampir lima tahun (2000-2004) Jakarta sudah kehilangan sekitar 450 hektare RTH. Jika ditotal dengan bentuk pelanggaran koefisiensi dasar bangunan (KDB) di daerah resapan air, total hilangnya mencapai 4.000 hektare.
“Di wilayah hulunya Sungai Ciliwung, sejak 1972 hingga 2005 telah terjadi alih fungsi lahan. Kita kehilangan 30,3 persen areal vegetasi hutan dan kehilangan 11,9 persen areal vegetasi kebun campuran. Akibatnya, hampir 5.000 mm per tahun air hujan melimpah masuk ke sungai dan akhirnya menggenangi Jakarta dan sekitarnya,” jelas Yayat.
Ketidakmampuan Sungai Ciliwung menampung limpahan air disebabkan terjadinya banyak penyempitan lebar sungai dari 65 meter tinggal 15 hingga 20 meter. Sedangkan tingkat kedalamannya hanya berkisar 1 hingga 2 meter, dari kedalaman normal yang seharusnya mencapai 5 meter.
“Bencana banjir yang selalu mengancam ibukota membuktikan kalau pemerintah gagal mempertahankan kondisi lingkungan. Lanskap kota atau wilayah telah berubah secara merata di seluruh wilayah Jabodetabek,” urai Yayat.
Vertical Garden Patrick Blanc Solusi RTH Jakarta
Secara harfiah taman vertikal adalah taman yang dibangun secara tegak lurus atau vertikal (90o), dan pada umumnya menempel di dinding. Di dunia internasional taman vertikal memiliki banyak sebutan, diantaranya: vertical garden, vertical landscape, greenwall, living wall dan lain sebagainya.
Terdapat 2 jenis taman vertikal yaitu green façades dan living walls. Green Facades merupakan dinding yang ditumbuhi dengan tanaman yang merambat yang langsung tumbuh di dinding, sedangkan Living Wall (Patrick Blanc) merupakan dinding yang diberi media tanam untuk tanaman. Jenis ini biasanya terdiri dari rangka (frame), pvc foam board, felt, sistim irigasi/penyiraman dan pemupukan otomatis, dan tanaman itu sendiri. Sistem vertical garden Patrick Blanc ini memiliki kelebihan antara lain bisa diterapkan pada gedung-gedung bertingkat hingga puluhan lantai, tanpa kekhawatiran roboh karena menggunakan rangka yang menempel di gedung seperti pemasangan kaca.
Taman vertikal dapat membantu menyelesaikan masalah penghijauan pada area yang memiliki lahan/bidang horizontal yang luasnya terbatas. Beberapa manfaat Vertical Garden antara lain:
- Menambah keindahan alami lingkungan
- Menciptakan taman cantik di lahan terbatas
- Menahan panas dari luar
- Mengurangi tingkat kebisingan suara
- Mengurangi polusi udara
- Menangkap partikel-partikel kotoran
- Meningkatkan suplai oksigen
- Mempercantik wajah kota
Jadi, vertical garden adalah solusi membuat hutan kota tanpa menambah lahan tanah. Untuk lebih jelas, bisa membaca buku Vertical Garden from nature to city karya Patrick Blanc. Indoneta Plan to Plant. Hubungi : 0811-900-858.